Sungai Klawing yang terletak di Desa Arenan, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Pbg memiliki potensi batumulia yaitu jenis jasper yang baru-baru ini akan dikembangkan oleh Bupati Pbg atas rekomendasi dan kerjasama dengan Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung dan Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman Purbalingga. Jasper merah, lebih dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai 'hati ayam' karena bentuknya dan warnanya yang menyerupai hati ayam, merupakan salah satu varian batumulia yang apabila sudah diproses lebih lanjut menjadi perhiasan seperti kalung, mata cincin, dan bentuk lainnya dapat menjadikannya sebagai benda yang memiliki nilai ekonomis. Sedangkan jasper sendiri memiliki beberapa varian warna, merah, cokelat, kuning, dan hijau. Letak keindahan jasper terletak pada kekerasan, warna, serta corak yang ditimbulkan oleh jasper tersebut sebagai sampingan dari pengotor yang ada di dalamnya yang dapat menambah nilai jual dari jasper itu sendiri. Misalnya saja, bercak merah yang terdapat pada jasper hijau, yang secara istilah disebut heliotrop akibat masuknya pengotor berupa unsur besi (Fe) dapat dikatakan sebagai 'le sang du christ' (percikan darah kristus) oleh sebagian masyarakat pecinta batumulia, ataupun corak dan campuran warna lain yang dapat menyerupai dewi kwan im yang sedang bersila bila dilakukan pemilahan dan teknik pemotongan dengan baik dan pastinya akan menambah nilai jual dari batumulia tersebut.
Uniknya, masyarakat pecinta batumulia yang menganggap hal tersebut langka ternyata dapat kita jumpai di Sungai Klawing, Kabupaten Pbg. Dimana di sepanjang bagian sungai Klawing tersebut, terhampar ratusan bongkah jasper aneka warna, tentunya bercampur dengan batuan-batuan khas sungai lainnya. Masing-masing jasper yang dapat kita temukan disana memiliki corak dan percampuran warna yang unik walaupun masih berupa bongkah dan belum diolah. Jasper dapat dibedakan dari warnanya yang hijau, merah, ataupun cokelat dan memiliki sudut-sudut yang tidak terpengaruh oleh erosi sehingga cenderung lancip, tidak seperti batuan pada sungai yang cenderung membundar karena faktor erosi dan transportasi sedimen pada tubuh batuan tersebut.
Mengapa jasper bisa terdampar di Pbg? berdasarkan proses pembentukannya, jasper dapat terbentuk karena adanya proses-proses geologis yang berkaitan dengan aktivitas magmatik di masa lampau yang pada saat ini sumber aktivitas magmatik itu telah terubahkan menjadi hulu sungai di bagian utara yang termasuk dalam formasi Kumbang, sementara itu, proses transportasi oleh kekuatan arus sungai telah membawa bongkahan-bongkahan jasper tersebut ke arah hilir yang sudah masuk dalam formasi Tapak. Proses tersebut berlangsung selama jutaan tahun, umur dari jasper itu sendiri diperkirakan 5-10 juta tahun yang lalu.
Dari bongkahan jasper yang ditemukan, ditemukan juga sisa peninggalan manusia purba berupa artefak, yaitu bekas peralatan yang telah digunakan oleh manusia purba, untuk menjalankan aktivitasnya di masa lalu. Artefak tersebut berupa kapak perimbas dan kapak genggam yang biasa digunakan untuk memotong kayu atau menguliti binatang buruan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penyudutan berupa sisi tajam pada bongkah jasper di sisi tertentu, yang tidak mungkin diakibatkan oleh hasil erosi ataupun tumbukan satu batuan dengan yang lainnya. Mengingat jasper yang memiliki skala kekerasan 7 yang serupa dengan kuarsa, maka penyudutan yang terbentuk pada suatu sisi dapat dipastikan sebagai bekas pemakaian manusia purba di masa lampau, ditambah lagi dengan bukti bahwa batuan tersebut sangat pas digenggam oleh tangan manusia.
Dari kerjasama yang dihasilkan oleh penelitian dua institusi yaitu Institut Teknologi Bandung dan Universitas Jenderal Soedirman Purbalingga yang telah mengecek keberadaan batumulia tersebut di sepenjang sungai Klawing, nyatanya memang memiliki potensi untuk dijadikan penggerak ekonomi masyarakat setempat sehingga menarik perhatian pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan potensi batumulia ini, mengingat selama ini sungai Klawing hanya dialkukan pemanfaatan penambangan pasir dan batu oleh rakyat setempat.
Namun saat ini timbul masalah baru, penambangan jasper juga harus memperhatikan aspek lain, yaitu aspek sejarah yang terdapat disana. Dengan ditemukannya artefak-artefak manusia purba sekaligus menjadikan daerah tersebut sebagai situs bersejarah yang terancam hilang apabila dilakukan penambangan secara berlebihan. Dugaan sementara, peradaban manusia purba yang dahulu tinggal di sepanjang sungai Klawing berada pada zaman Mesozoikum hingga Neozoikum, dan artefak yang ditemukan disana relatif memiliki jumlah banyak yang berarti tidak hanya satu atau dua manusia purba saja yang pernah hidup, namun dapat mencpai jumlah puluhan atau satu suku yang hidup pada zaman itu.
Akan lebih baik bagi pemerintah Kabupaten setempat apabila tidak hanya faktor kepentingan ekonomi saja yang diperhatikan, namun juga faktor kelestarian situs sejarah masa lampau yang juga harus diperhatikan lebih lanjut, mengingat hal ini juga dapat menarik perhatian akan pesona sejarah dan penemuan arkeologi daerah setempat yang sejauh ini belum terekspos lebih dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar