4 Februari 2010

ini bukan kisah cintaku tapi kisah cintaku...

Lama sekali aku tidak melihat bintang di bawah. Tapi sinarnya yang begitu indah tidak bisa begitu saja hilang dari ingatanku. Entah bagaimana ceritanya, aku selalu melihat bintang dibawah itu selalu istimewa. Bukan hanya karena ada kamu. Tapi, tak dapat di pungkiri, saat melihat bintang dibawah bersamamu, jauh terasa lebih indah.

Pernah terfikir dalam perjalannku, saat aku merasa begitu lelah berjalan. Bahkan saat aku tak sanggup untuk memijakkan kakiku dibumi ini aku hanya ingin duduk melihat bintang dibawah dan merasakan dinginnya malam. Menikmati kegelapan. Diterangi genitnya kerlap kerlip kunang – kunang.

Aku pernah berangan hidup bersamanya, menghabiskan sisa waktuku dan waktunya. Membangun rumah yang indah diatas bukit, menciptakan keluarga bahagia, tiga anak kami (laki – laki, perempuan, dan laki – laki), halaman rumah berumput dan kebun – kebun teh yang luas. Aku tak pernah bermimpi mendapatkanmu. Hingga kau begitu menerimaku. Aku tak pernah sebahagia itu. Aku pun tak pernah mengira di pertengahan malam yang begitu dingin, hembusan angin yang kuat, kau begitu lapang menerimaku, walau aku tahu hatimu begitu perih mengengarnya. Dan saat detik itu pun ku meminta padaMu untuk selalu tetap bersamanya.

Ya Allah dan kini aku harus meninggalkannya, untuk alasan yang sangat sulit aku terima dan pasti kau pun sulit menerimanya. Sayang ingin sekali aku memelukmu, mendekapmu dalam hidupku. Membangunkanmu setiap pagi. Memandikan anak kita. Melihatmu berangkat bekerja untuk ku, anak kita, orang tua kita, semua yang kita sayangi. Ingin sekali kita bersama buktikan pada semua orang bahwa kita pantas bahagia. Ingin sekali dihalaman rumah, kita lihat bintang dibawah sana. Menghabiskan sisa hidupku dan hidupmu, melihat anak – anak berlari gembira, mungkin cucu kita kelak.

Sungguh aku tidak begitu faham akan “cinta itu tak harus memiliki”. Sungguh aku hanya ingin hidup dengan orang yang kucintai dan mencintaiku. Sungguh aku hanya ingin orang sepertimu yang begitu menerimaku. Aku begitu lemah, sakit.

Aku sangat tak mau melihatmu sedih, bahagiamu tentu bahagia untukku. Aku tahu keputusanku ini menyakitimu. Mencabik – cabik hatimu. Membuatmu luruh. Dan apa yang kau rasa tak ubahnya seperti apa yang kurasa. Bahkan mungkin aku terlebih sakit. Aku sakit yang harus meninggalkkanmu, mengambil keputusan yang bukan keinginanku, dan terlebih menyakitimu. Menyakitimu sama saja seperti aku yang menyakiti diriku sendiri. Aku rapuh, hancur, lebur.

Dan saat itu aku melihatmu terdiam, menahan sejuta asa. Berusaha membangkitkan sisi lelakimu. Perjuanganmu menahan tetesan air mata gagal, aku melihatmu tak kuasa, hancur didepan mataku. Dan aku sangat sadar aku yang telah menghancurkanmu. Percayalah kasih rasanya aku ingin berlari, meninggalkanmu, aku tidak mau melihatmu seperti itu. Aku gagal membuatmu bahagia.

Bertahun – tahun terlewatkan setelah peristiwa yang sungguh paling aku benci itu. Kini kau tidak bersamaku lagi. Aku tidak ingin tahu kau dimana, dan aku lebih yakin kau lebih tidak mau tahu aku dimana, kedaanku bagainama. Aku tak tahu kau dengan siapa. Jadi lelaki seperti apa kau kini. Apa mimpimu sekarang. Dan aku tetap menjadi aku yang sekarang, yang belum bisa menerima yang lain hinggap dihatiku. Bahkan aku sampai tak tahu bentuk hatiku seperti apa. Aku hanya ingin berlari mencarimu dan ingin melanjutkan mimpi – mimpi kita dahulu. Mimpi – mimpi yang aku hapus sendiri.

Sudah lama aku tidak melihat bintang dibawah. Hari ini aku putuskan untuk pergi melihat bintang itu. Namun tempat yang jauh berbeda saat aku dan dia melihat bintang dibawah sana. Bandung sore itu tampak mendung, setelah seharian ia lelah dengan teriknya matahari. Aku mengendarai kendaraanku. Dan memutuskan untuk pergi ke lembang. Berhenti di sebuah cafe yang menarik. Bukan karena tempatnya yang mewah dan megah, namun nama cafenya yang terasa begitu melakat dalam hatiku. “Cafe achils”.

Aku melagkahkan kaki ku kedalam cafe itu. Pelayan yang begitu cantik memghampiriku. Dia menanyakan padaku apakah aku datang sendiri atau sedang menunggu teman. Spontan aku jawab aku menunggu teman. Pelayan itu lantas mengantarkanku pada suatu tempat jauh dalam cafe itu. Sebelum terlalu jauh mejunu meja paling ujung, aku menghentikan langkahku. Aku bertanya pada pelayan itu. Mengapa dia mengantarkanku pada tempat yang jauh. Pelayan hanya berkata. Kau datang ke cafe ini tentu dengan teman spesialmu. Ini sebenarnya tempat rahasia kami, sambil tertawa genit. Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang dia maksud. Akhirnya aku hanya mengikutinya. Sampai lah di meja kayu, bisa dibilang ini meja tambahan, karena sangat berbeda dengan meja yang ada di depan cafe. Meja dari potongan – potongan kayu berbentuk bulat, semua terbuat dari kayu, meja yang berada di balkon belakang cafe dan aku begitu sangat terkejut dengan apa yang aku lihat. Bintang dibawah yang begitu indah. Sudah lama aku tidak melihat ini. Ini yang begitu menenagkan jiwaku yang entah mengapa terasa selalu gundah.

Pelayan itu tersenyum lebar, dia menanyakan padaku apakah aku menyukai tempat ini. Aku hanya bisa tersenyum sambil mengatakan kepadanya terimakasih. Ini tempat yang aku tuju dan tempat yang aku inginkan. Lantas aku bilang padanya sebenarnya aku hanya datang sendiri dan tidak ada yang aku nanti. Wanita itu hanya tersenyum dan Ia tidak menawarkan menu makanan, ia hanya bilang ia akan segera membawakan minuman akan yang menemaniku disini. Tak lama pelayan itu mambawakanku secangkir cappucino. Ini minuman yang tepat yang akan menemani malam indahku, itu kata terakhir yang wanita itu katakan padaku. Malam yang indah tentunya. Setelah sekian lama aku tak pernah melewati malam seperti ini lagi.

Tak lama terdengar suara lelaki tepat dibelakangku, ia hanya berkata bahwa ini tempatnya, dan tidak ada yang berhak duduk disini tanpa seizin darinya. Lelaki itu begitu sombong, aku begitu marah hingga aku berdiri dan berbalik melihat lelaki itu. Diam, aku terdiam, semua kata – kata yang tadinya ada di kepalaku hilang, aku bisu.aku lemas. Semua darahku terasa naik kekepala dan memaksaku untuk segera meninggalkan tempat itu.

Aku berlari, memasuki mobilku. Menghidupkannya dan dengan segera pulang menuju rumah. Sesampainya dirumah aku merebahkan badanku di tempat tidur, menagis sejadi – jadinya. Binggung dengan apa yang aku rasakan. Aku bertemu dengan lelaki itu. Lelaki yang pernah mengukir mimpi – mimpi di hidupku. Lelaki yang selalu kucintai. Lelaki yang selalu ku berusaha melupakannya dan aku tak bisa. Aku terhanyut dengan semua perasaanku. Hingga aku tersadar tas ku tertinggal di cafe itu.

Aku memberanikan diriku bangkit dan berniat membawa tas itu. Karena besok pagi aku sudah kerja dan banyak yang terdapat dalam tas itu. Saat akan membukakan pintu, pintu rumahku ada yang mengetuk. Dan dia mendatangiku, membawakan tasku memeluku. Aku tak tahu apa ini namanya. Tapi tak pernah sedamai ini semenjak aku kehilangannya. Tak pernah aku menangis dan bahagia seperti ini.

Ia melamarku, kami menikah. Mimpi – mimpiku terus terukir indah dan kini aku menjadi ibu dari anak – anaknya. Baru satu anak kami, dan laki – laki. Bagaimana dengan anak ke dua dan ke tiga kami??? _semoga_, _amin_

copyrighted by http://coratcoretperahukecil.blogspot.com/2010/02/inibukankisahcintakutapikisahcintaku.html
inspiratif..

Tidak ada komentar: