20 Februari 2010

nol dan satu..

pernahkah terpikirkan di kepala anda jika kita hidup di jalan seorang manusia sufi? andaikata semua orang di dunia ini berjalan di jalan sufi? pernah membayangkannyakah? dan betapa sebenernya gW engga begitu ngerti hakikat sufisme secara menyeluruh. dan apa yang gW tulis disini juga engga bisa juga dibilang secara garis besar, mungkin hanya dilihat dari kacamata seorang gW. terserah juga kalo yang sarkas pengen bilang asal-asalan..
buat gW, jadi orang sufi itu hidup mereka dipersembahkan hanya untuk Tuhan.! lillahi ta'ala banget dah! baik dari tingkah laku, tutur kata maupun tutur hati. dan sayangnya manusia itu adalah produk korban dualisme yang kecampuran sama hasrat, napsu, ego dan segala macemnya. we're not an angel!
begonya gW yang berpikir bilamana seisi dunia ini jadi sufi, mungkin kaga bakalan ada aktivitas. bakalan engga ada ketidakseimbangan dunia karena semua orang ~TOTAL!~ bakal mempersembahkan hidupnya buat Tuhan. yah, balik lagi ke fitrah manusia yang terus dan akan terus mencari, tidak stuck pada satu hal saja. dan syukurlah manusia diberi dinamisme ataupun juga dualisme hingga buat gW, sufisme itu menjadi salah satu pilihan cara hidup seseorang. sama halnya seperti vegetarian, vegan, atau homoseksual sekalipun! karena dunia ini penuh dengan keberagaman!
nah, poinnya disini adalah bagaimana kita mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan, dan disini juga bukan porsi gW ngejelasin secara gamblang tentang tatacara hidup kita di dunia! ~i'm not the ustadz!~ dan juga lagian pola hidup gW masih ancur-ancuran sangat! semua kembali lagi, semua itu pilihan, opto ergo sum! dan gW juga ogah dibilang jarkoni kalo lantas gW terlalu sok ngatur! ~jarkoni = isa ngajari rak isa nglakoni (bisa ngajarin, engga bisa ngelaksanain)~
dan gW disini hanya memberi pandangan secara ~sok~ filosofis :)
manusia sufi, kalo gW ibaratin itu seperti manusia yang sangat dekat dengan nol dan satu. menjadi nol untuk mengenal yang satu. nol untuk dirinya sendiri, satu untuk sang Penciptanya. mereka yang berusaha paling keras untuk 'menjadi nol'. nol disini bukan berarti dongo atau tolol, tapi mengesampingkan nafsu duniawi dan memfokuskan seluruh tujuan hidupnya pada sang Penciptanya, menjadi posisi serendah mungkin untuk mencapai tujuan setinggi mungkin.
sedangkan yang 'satu' itu tidak perlu diragukan lagi! 'satu' untuk ke-Esaan sang Pencipta, satu untuk zat yang jelas-jelas ada. 'ada' karena Dia 'ada' memiliki kuasa tak terbatas untuk 'mengadakan' juga untuk 'meniadakan'! satu disini hanya sebagai lambang, bukan sebagai bilangan yang mentok pada angka satu saja, sehingga kita tidak perlu mempertanyakan lagi 'mengapa bukan dua, tiga, atau seterusnya??'
antara nol dan satu, bukankah seperti itulah kehidupan manusia bermula? dari nol dan satu juga? dan kuasa sang Pencipta yang Satu itulah yang menjadikan kita ada dari nol dan satu, kembali membuat kita menjadi 'nol' untuk mengenal yang 'satu'
Satu untuk mewakili yang seratus persen.
Satu untuk suatu kemenyeluruhan, bukannya parsialis, apalagi paradoksis.
Satu untuk suatu kebenaran hakiki, bukannya pembenaran manusiawi!

dan sayangnya, mayoritas makhluk di bumi kita ini kebanyakan parsialis, mungkin berlaku juga pada saya juga yang menuliskan ini. bahkan, bisa juga menjadi paradoksis tentang apa yang saya tulis antara 'benar' atau 'salah'. mengapa ada benar dan mengapa bisa salah? dan marilah kita berputar-putar pada paradoks benar dan salah.! silakan saja, toh saya sendiri tidak akan membahas paradoks yang salah satunya disebabkan oleh dualisme pemikiran manusia.

i'm not Freud, i'm not Evangelista,
i'm just a man, i'm not a hero ~my chemical romance! :)~
dan bagi manusia-manusia yang sadar tentang apa yang mereka lakukan yang memahami antara konsep benar dan salah, ataupun amar ma'ruf nahi mungkar menurut saya adalah manusia-manusia yang tengah menuju 'nol' nya. bagaimana dengan manusia yang tidak sadar? apakah mereka lantas menjadi kian jauh dengan 'nol'nya? bisa dikatakan mereka adalah manusia yang jauh dengan nol, juga jauh untuk mengenal yang satu. alias MINUS!!
yup, minus dalam tingkah laku, perkataan maupun perbuatan, ~semuanya aja deh!~ semakin jauh dari nol, semakin jauh juga dengan satu. tapi, sekali lagi, berhentilah men-judging, ini bukan pembenaran, tapi bagian dari dualisme pemikiran manusia. adakalanya 'minus dengan minus bisa menjadi plus', tapi bukan nol.! hanya sudut pandang kita melihatnya saja, ingatlah, segala sesuatu pasti ada hikmahnya!

sekarang, berkacalah saja terhadap apa yang sudah kita lakukan, kita yang menganggap diri kita minus ingin mendekati 'nol' dengan cara apa? menjadi 'plus' untuk memahami sang 'satu dengan melakukan hal apa?
tidak perlu saya bahas lebih lanjut disini, tidak perlu saya artikulasikan dalam kata-kata, masing-masing individu punya jawabannya, yang menjadikan dunia ini dinamis, atraktif, dan tidak membosankan!

kesimpulannya :
-sufisme hanyalah cara, menurut saya.
-bersyukur saja! semua orang di dunia ini bukanlah sufi.
-belum terpikirkan oleh saya untuk menjadi seorang sufi, masih ingin menggila! hahaha...

Tidak ada komentar: